Monday, January 30, 2006

Rindu Rumah ..dari blognya Mr. GBT

Ini tulisan blog dari my favorit blogger Mr. GBT, walaupun saya belum pernah kenal sama beliau..

Lengkapnya di sini: http://rahard.multiply.com/journal/item/51
Ini saya tulis lagi:
"Saya bersyukur memiliki rumah yang nyaman. Tidak hanya fisiknya saja yang nyaman, akan tetapi semuanya. Keluarga yang menjadi bagian dari rumah merupakan salah satu yang membuat saya rindu rumah ketika jauh dari rumah.

Sedih juga melihat berita orang/rekan yang mengalami masalah keluarga kemudian menjauh dari rumah. Mungkin rumah bagi mereka rasanya seperti neraka. Mereka lebih suka berada di cafe, pub, tempat hiburan, dan bahkan kantor. Yang lebih mengerikan adalah kalau mereka lebih senang di tempat maksiat. Aduh. Mudah-mudahan itu tidak terjadi pada kita-kita.

Rumah tidak perlu hebat-hebat, yang penting kita merasa di rumah. You know what I mean. Betah. Demikian pula kehidupan di rumah harus rukun, saling toleran, saling mengalah. Teorinya begitu. Pelaksanaannya tentu saja tidak mudah. Selalu ada saja pergesekan dan marah. Ini yang harus diatasi dan dikurangi.

Salah satu cara yang cocok dengan saya adalah dengan mengingat-ingat lalu melalui lagu. Mengingat mengapa saya mencintai istri saya, anak-anak saya, keluarga saya. Mengingat betapa besar karunia Tuhan (Allah swt) kepada saya, sehingga saya harus selalu berterima kasih kepadaNya. Ya, saya menggunakan lagu untuk itu. Lagu sudah menjadi bagian dari hidup saya sehingga di setiap lagu melekat kenangan (indah, duka, perjuangan hidup dan seterusnya). Kala mendengarkan lagu tertentu kadang-kadang air di mata saya berlebihan. (Nggak mau ngaku kalau nangis. ha ha ha.) Semuanya ini menghidarkan saya dari hal-hal yang negatif."


yang saya cetak dengan huruf miring, maksudnya sama dengan yang saya lakukan ...hihi

Thursday, January 26, 2006

Nasehat Untuk Bangsa

Nemu di blog..bagus untuk direnungkan:

NASEHAT UNTUK BANGSA

JADILAH BAMBU. JANGAN JADI PISANG. DAUNNYA LEBAR MEMBUAT ANAKNYA TIDAK KEBAGIAN SINAR MATAHARI. BAMBU LAIN RELA TELANJANG ASAL ANAKNYA, REBUNG, PAKAIANNYA LENGKAP.
(Nurcholish Madjid).

Kompas, 30 Agustus 2005
Setelah beliau meninggalkan sejarah, 29 Agustus 2005

Wednesday, January 25, 2006

ABOUT ME

Sudah hampir satu tahun, blog ini saya tulis. Cuma belum satupun tulisan tentang siapa pemilik blog ini. Kini saatnya saya tulis tentang aku (about me).

Mempunyai nama lengkap Aryuanto, dilahirkan di kampung Mojo Wetan, RT02, RW03, kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Sejak kecil dipanggil dengan nama "Anto". Oh ya mengenai nama ini, ternyata sampai saat ini saya belum pernah menemukan orang dengan nama yang (persis) sama, yaitu a-r-y-u-a-n-t-o, sebagain besar ada nama ariyanto, aryanto. Sayangnya saya belum sempat menanyakan kepada almarhum bapak yang memberikan nama ini, sehingga unik alias belum ada yang sama.

Masa kecil dihabiskan dengan main bersama teman-teman sekampung. Tidak sempat masuk TK(taman kanak-kanak), tapi oleh orang tua langsung disekolahkan ke Sekolah Dasar SDN 5 Sragen saat berumur 6 tahun, dengan status "pupuk bawang", yaitu istilah yang artinya kira-kira dicoba dulu apakah mampu nggak. Selama kelas satu, mungkin karena terlalu muda atau emang sifatnya, di kelas hampir tiap hari nangis (bahasa jawanya "gembeng" atau cengeng). RApor kelas 1 pun banyak merahnya (nilai 5) yaitu untuk pelajaran olah raga dan bahasa. MAsih teringat waktu itu betapa tidak sukanya yang namanya olahraga dan pelajaran membaca/menulis.

Tetapi karena guru SD adalah tetangga jadi dinaikkan ke kelas 2 dengan syarat pupuk bawang tsb(hehe KKN ya...). Untungnya semenjak itu mulai bisa sekolah dengan normal. Prestasi di kelas biasa-biasa saja, masih dalam kategori 10 besar. Lulus dari SD berada di rangking 5 besar. Selanjutnya melanjutkan SMP di SMPN 1 Sragen. Ada catatan yang sangat menggembirakan, yaitu sebagai juara pertama tes masuk SMPN 1 Sragen tsb (padahal waktu tesnya..banyak yg ngawur lhooo).

Selama di SMP, prestasi 5 besar di kelas masih dipegangnya. Dan puncaknya adalah saat kelas 3, yaitu nilai Ebtanas Murni (NEM) yang memegang nilai tertinggi se kabupaten Sragen (hehe..gak sombong lho), yaitu 56 atau rata-rata 9 koma. Suatu nilai NEM yang cukup tinggi di kabupaten Sragen. Waktu itu memang sempat menjadi bahan perhatian, karena nilai NEM siswa Sragen bisa setinggi itu. Nggak tahu ya..sampai sekarang apakah rekor ini (untuk kabupaten Sragen) sudah terpecahkan..Tentunya sudah, anak-anak sekarang kan generasi full gizi harusnya lebih bagus dari generasi saya.

Kemudian berbekal NEM tsb melanjutkan ke SMA N 1 Sragen , walaupun banyak pihak atau tetangga menyarankan untuk melanjutkan SMA di Solo, tetapi orang tua dan saya lebih suka untuk tetap di Sragen. Sehingga mendaftarlah di SMA. Mulai saat inilah saya mulai mandiri. Dari awal pendaftaran, saya selalu sendiri, tidak ditemani orang tua (nggak tahu kenapa ya). Masih ingat saat di depan loket pendaftaran SMA, petugas melihat NEM saya, lalu bilang ..lha kalau NEMnya segini ke SMA mana aja keterima. Tetapi saya belum merasa tenang sampai pengumumannya.

Di SMAN 1, alhamdulillah prestasi masih bisa dipertahankan. Di SMA ini ada kebijaksanaan, yaitu satu kelas (waktu itu kelas 1H) berisi siswa yang NEMnya dari urutan tertinggi. Jadi berkumpullah para jawara di kelas ini. Selain dari SMP 1, ada juga SMP lain yang cukup bersaing(waktu itu), yaitu SMPN 2 dan SMPN 5. Walaupun demikian kondisi siswa di kelas ini cukup kondusif. Demikian juga ketika kelas 2 dan 3 yaitu penjurusan di fisika. Sebenarnya ada sesuatu yang menarik dengan komunitas ini, mungkin dibahas dilain waktu.

Selama SMA,hampir ranking 1 atau 2 selalu dipegang. Dan lagi-lagi prestasi puncaknya pada saat Ebtanas kelas 3 SMA, kembali berhasil menjadi pemegang NEM tertinggi sekabupaten sragen, waktu itu nilainya sekitar 60 an atau rata-rata 8 koma...
Semasa sekolah, selain belajar dan bermain, membantu ibu/bapak juga menjadi kewajiban. Waktu itu ibu punya sambilan menjahit baju untuk dijual ke pasar oleh bude. Jadi setiap siang selepas pulang sekolah, bersama-sama adik dan kakak membantu memasang kancing baju atau celana. KEmudian sama ibu diberi bonus, satu baju/celana berapa rupiah (sayang lupa besarnya). Kemudian sore harinya saya kebagian mengantar baju-baju yang sudah jadi tsb ke rumah bude, dengan naik sepeda. Kadang hujan-hujan, pokoknya kerja ini menjadikan kita anak-anak mandiri. Dan masih ingat, bagaimana saat itu kalau besok harinya ulangan. Jadi siang saya belajar, kemudian pada saat bersepeda mengantar baju tsb, sambil menghapal apa tadi yg sudah dibaca(kalau sekarang sambil bersepeda ke kampus ngarang bikin artikel hehe). Biasanya berapa hari sekali setelah mengantar baju ke rumah bude, diberi tugas membeli kain untuk bahan baju di shoping (toko) di pasar sragen. Kainnya kan digulung bulat panjang jadi dibawa pakai sepeda agak susah,kadang mengajak tetangga untuk membawakannya. Pokoknya menarik deh kenangan bersepeda waktu kecil dulu. (sayang gak ada foto-fotonya)

Oh ya uang pemberian ibu dari bantu pasang kancing, antar baju, beli kain ini saya kumpulkan untuk membuat amplifier. Jadi buat amplinya dicicil, pertama beli PCB dan komponen-komponen yang murah dulu, sampai akhirnya jadilah amplifier saya (waktu itu yang terkenal amplifier BIG POWER). Kemudian juga speaker2nya. Benar-benar suatu hasil karya sendiri. Terima kasih pada ortu yang mendidik kami untuk mandiri.

Setelah lulus SMA, saya mendaftar UMPTN di Yogja (ikut kakak yang sudah duluan kost di Yogja). Pada saat mau berangkat ke yogja, saya bilang mbak (atik) bahwa saya mau milih Teknik Fisika ITB dan ELIN UGM. Terus setelah sampai di kost-kostan jogja tempat mas hari (sekarang Hariyadi PhD), saya disarankan untuk sekalian pilih Elektro ITB daripada teknik Fisika. Akhirnya saya beranikan memilih Teknik Elktro ITB dan ELIN UGM. Alhamdulillah keterima di ITB.

Orang tua senang sekaligus bingung, karena bandung jauh dan perlu biaya yang banyak. Akhirnya dengan bantuan mas hari dan tetangga sragen yang tinggal di bandung, kami berangkat juga ke bandung. Waktu itu satu SMA saya yg keterima ITB dua orang, saya sama Eko (Teknik Geologi ITB, sekarang Dr. Eko Yulianto lulusan Hokkaido University). Di tahun pertama, saya dan Eko kost satu kamar berdua di daerah cisitu, waktu itu masih dingin dan belum ada angkot ke kampus, jadi setiap hari jalan kaki dan kalau pagi banyak berkabut. Karena tidak banyak uang saku kami, maka makan tiap harinya benar-benar diirit, yaitu telur dan tempe. Malah karena ngiritnya ini kadang penjual warteg di cisitu kasihan kadang-kadang memberi tambahan lauk (thanks ibu siapa saya lupa namanya..tapi wajah masih ingat).

Di tahun kedua sampai lulus, saya pindah ke kontrakan rumah di jalan kebon bibit 75/58. Disinilah dunia saya mulai muncul, suatu komunitas anak-anak muda dengan berbagai latar belakang sosial mencoba mencari jati diri. Saking eratnya hubungan sesama kami di kontrakkan rumah ini, kami punya komunitas yang diberi nama KBB75/58. Saya tinggal cukup lama di KBB ini, bahkan sampai bekerja pun masih tinggal di sini.

Di KBB ini, saya mulai hobi mendengarkan musik Rock karena ada radio di bandung yang beraliran rock, yaitu radio generasi muda (GMR FM)..Pokoknya ngefans berat sama GMR FM. Berbagai aliran musik rock pernah saya gemari, mulai dari hardrock, heavy metal, trash metal,death metal..dan akhirnya sampai sekarang pilihan saya jatuh ke Progressive Rock (Art Rock). Tak bisa dipungkiri, GMR FM lah yang membentuk saya dengan selera musik ini. Saking gandrungnya sama musik rock,waktu Sepultura (grup trash metal asal Brasil) manggung di jakarta (tahun 1992), saya dan adik saya (dik seti) menyempatkan pergi menonton ke lebak bulus jakarta. Karena waktu itu saya sudah menjadi asisten di ITB jadi pada saat UMPTN 92, saya bisa menjaga ujian UMPTN dan dapat honor..kalau gak salah sekitar 20 ribuan. Uang inilah yang kami pakai untuk pergi nonton sepultura di Jakarta (salam metal man)....

Untuk hobi musik ini, spesial akan saya tulis di lain kesempatam (banyak kenangan di sana, bagaimana jadi penyiar di radio FM gelap/illegal yang dibuat di sragen ...dll)

Hampir selama kuliah saya dapat beasiwa dan keringan membayar SPP. Jadi selama itu orang tua sudah tidak lagi mengirim uang saku. Dan semenjak kuliah, selain uang beasiswa ada juga uang dari asisten laboratorium. Sehingga untuk tugas akhir waktu itu saya beli komputer XT bekas dengan harga 500 ribu. Judul TA saya adalah "perancangan manipulator dua derajat kebebasan berbasis PC XT", yaitu membuat seperti tangan robot yang dikendalikan dengan komputer. Sub jurusan kontrol dan sistem di jurusan elektro inilah yang banyak mempengaruhi cara pikir saya.

Setamat kuliah S1 tahun oktober 1993, bulan desember 1993 saya keterima kerja di Polytron kudus, cuma bertahan 4 bulan. Bulan april 1994 saya bekerja di PT Telnic Bandung, mungkin kecintaan thd bandung (baca: radio GMR) membuat saya harus kembali ke bandung. Di PT telnic saya bekerja di bagian Riset and development untuk membuat perangkat lalu lintas (ya nyambung dikit-dikit lah dengan latar belakang kontrol waktu S1). Di PT telnic saya bekerja cukup lama sampai tahun 2002. Pada tahun 1997-1998 oleh perusahaan, saya dan bos saya(pak Hendro) dikirim training AOTS ke Jepang (Tokyo).

Pulang ke Bandung tahun 1998, karena krisis moneter, kondisi PT Telnic juga goyah. Walaupun masih tetap berdiri, tetapi seperti perusahaan lainnya, yaitu "hidup segan mati tak mau". Sehingga daripada menunggu waktu, saya sekolah S2 di ITB sambil bekerja pada tahun 1999. Uang tabungan waktu training di Jepang dulu saya pergunakan untuk biaya sekolah ini. Setahun setelah sekolah, yaitu bulan oktober 2000, saya menikah. Selain sekolah, waktu itu setiap sabtu/minggu saya mencoba mengajar di Universitas Garut (Uniga). Mata pelajaran yang saya ajar adalah rangkaian listrik dan sitem mikroprosesor. Lulus S2 tahun 2002 awal. Kemudian mencoba mendaftar S3 ke NUT (Nagaoka University of Technology, Jepang).

Pada awal 2003, saya keluar dari TElnic dan mengajar di UNIKOM Bandung. BAru 6 bulan mengajar, karena keterima S3 di Jepang saya keluar dari UNIKOM dan pergi ke Jepang. Memang dilematis saat itu, pada saat mau berangkat ke Jepang, istri saya hamil 9 bulan. Sehingga ada pilihan apakah mengambil s3 ke jepang atau tidak karena menunggu kelahiran anak yang sudah dinantikan selama 2 tahun. AKhirnya diputuskan untuk pergi ke jepang.

Dua minggu awal di nagaoka, benar2 "waktu yang tidak mengenakkan" karena menunggu kelahiran anak, sehingga waktu itu terasa berat hidup di nagaoka. Setahun pertama merupakan "masa memantau" situasi. Di tahun kedua, ketika ide membuat website kelurahan ina-nagaoka muncul, seiring itu saya membuat juga blog disini. Di saat itulah muncul nickname "Toks". Tahun ini adalah tahun ketiga (terakhir) saya di nagaoka.

Demikianlah "about me", seorang Aryuanto yang tepat 35 tahun yang lalu dilahirkan ke dunia dari ibu (Hajah) Sukesi dan bapak(almarhum) Soetedjo. Anak ke-5 dari 6 bersaudara. Sekarang adalah seorang bapak dengan istri Milliana dan dianugerahi dua orang anak: Danish Alif Arsan dan Yuki Hanif Arsan. Punya hobi maen badminton dan belajar, mengamati sekeliling dan pemalu. Suka naik sepeda, jalan kaki. Punya masakan favorit "sambal tumpang" (masakan khas solo dan sekitarnya). Minuman favoritnya cukup teh manis. Kurang pede kalau dipoto (alias malu2...hehe), jadi gak punya poto pribadi.

Syukur Alhamdulillah pada Allah SWT yang memberikan banyak nikmat dan anugerah pada hambamu ini, semoga di usia ke 35 ini tetap bisa menjadi hamba yang beriman, sabar, iklas, jujur, dan bertanggung jawab pada keluarga, berbakti pada orang tua serta berguna bagi masyarakat. Juga terima kasih pada ibu/bapak yang telah membesarkan, mendidik anaknda. Demikian juga semua teman, kerabat, yang banyak membantu segala hal dalam mengarungi dunia ini. Dan tak ketinggalan pula istri tercinta, anak-anakku yang manis.

(ditulis sambil ngerunning program MATLAB...)

Tuesday, January 24, 2006

Blogwalking

Beberapa bulan terkahir ini saya sering membaca blog. Awalnya sih cuma ke satu blog, terus baca komen-komennya jadi tertarik akhirnya baca juga blog yg kasih komen-komen tsb. Jadilah blogwalking (jalan2 baca blog).

Membaca blog ada daya tarik tersendiri, beberapa di antaranya:

- Penulis blog sangat bervariasi, kadang ada yang eksentrik, lucu-lucu. ini menjadikan blogwalking tidak membosankan.

- Tulisan di blog tercipta dengan alami (bebas) oleh penulis blog, sehingga bahasa, gaya penulisan dan juga pemikiran2 yang dilontarkan murni dan lebih lepas , beda dengan tulisan di website resmi atau majalah online yang kadang-kadang terasa formal karena disesuakan dengan medianya…

- Dengan membaca blog-blog orang-orang, menjadikan kita tambah luas cakrawala, bahwa ternyata masih banyak hal-hal yang menarik di luar yang kita ketahui yang kadang tidak sempat terekspose oleh media-media resmi/umum.

- Banyak pemikiran-pemikiran penulis blog, baik berupa tulisan atau gambar menginspirasi kita untuk juga berkreasi menulis blog…

go blogger

Wednesday, January 18, 2006

Sepeda motorku



Sepeda motor ini mereknya Honda Astrea Prima keluaran tahun 1990. Entah kenapa saya suka sekali sama model yang ini. Saya beli tahun 1998/99 , beli bekas/second. Kalau nggak salah harganya (soalnya kalau soal harga-harga gini, saya pelupa) sekitar 3-4 juta-an rupiah. Dari dulu emang saya suka model astrea prima ini, feeling saja, soalnya nggak tahu mesin. Eee ternyata kata montir-montir di bengkel, juga temen-temen, model astrea prima ini bandel...hehe.

Semenjak itu, kemana pun pergi, motor ini menemani saya. Dari pergi ke kantor, kampus ITB, atau keliling-keliling bandung selalu pakai motor. Termasuk juga latihan badminton tiap sabtu siang di GOR Koni Bandung, GOR di Cisitu Indah, GOR di Badak Singa, dll. Di Bandung, naik motor selain irit juga cepet/tidak macet, soalnya bisa lewat jalan tikus dan bisa "mblusuk-mblusuk"...pokoknya anti macet deh. Cuma kalau hujan, banjir emang agak repot...

Dan tak ketinggalan, di tahun 2000 selama persiapan saya nikah, motor inilah yang membawa saya (kami) mempersiapkan segala sesuatunya.

Memang sudah tua umurnya, tetapi pernah kami berdua (sama istri) pakai motor ini sampai ke Lembang Bandung. Pada saat ngurus perlegkapan pendaftaran S3 ke Jepang (NUT) pun, dari bolak-balik tes kesehatan, ngurus ijasah di ITB, buat paspor dll, motor astrea prima ini yang membawa saya pergi....hehe

Sehingga pada saat pulang ke Indonesia, bulan Mei 2005, dan kebetulan sudah beli kamera digital canon ixy-40 saya abadikan motor kesayangan ini, seperti tampak dalam foto. Memang motor ini tak dapat dipisahkan dengan jepang, karena waktu belinya pun saya pakai uang tabungan selama training di jepang tahun 1997-98. Dan keberangkatan saya di jepang pun, motor ini juga punya andil yang besar..(akan diceritakan lain waktu, bagaimana prosesnya sehingga saya mendaftar S3 ke Jepang).

Foto motor saya ambil di halaman depan perumahan mertua indah di jalan karawitan bandung.

Saturday, January 14, 2006

Secarik kertas yang sangat berharga

Ide, inovasi biasanya muncul setelah ada permasalahan. Berikut ini cerita tentang secarik kertas yang ditinggalkan pak Pos di Jepang kalau penerima surat (tercatat) tidak ada di rumah. Tapi sebelumnya saya akan bercerita dulu tentang pengalaman yang berhubungan dengan ini di Indonesia 7 tahun yang lalu.

Sekitar tahun 1999, saya masih bujang dan sudah bekerja di perusahaan pembuat peralatan lampu lalu lintas, namanya PT Telnic di Bandung. Saya kontrak rumah (sendirian) di perumahan Riung Bandung, Bandung. Ceritanya, waktu itu sambil bekerja saya memutuskan untuk kuliah S2 di ITB. Sehingga saya mengirimkan berkas-berkas pendaftaran ke ITB. Dan seperti disebutkan di tata cara pendaftaran, nanti akan dikirim pemberitahuan tentang kapan ujian lewat pos.

Karena saya tinggal di rumah kontrakkan itu sendiri, jadi dari jam 8 atau 9 pagi sampai 5 sore, rumah selalu kosong. Suatu saat, pas di kantor saya dapat telepon dari jurusan Elektro ITB yang menanyakan, kok surat yang dikirim dikembalikan kantor pos ke ITB. Sekretarisnya menanyakan apakah alamatnya sudah pindah? kok suratnya "mbalik". Saya jawab bahwa saya masih tinggal di alamat itu, cuma kalau pagi-siang, rumah kosong, jadi sama pak pos akhirnya dikembalikan ke ITB. Akhirnya saya ambil surat panggilan tes itu di sekretaris jurusan Elektro ITB.
(saya sangat berterima kasih pada sekretaris jurusan Elektro ITB, yang sudi mencari no telepon kantor saya, untuk menghubungi saya berkenaan dengan surat panggilan itu, coba kalau saya tidak ditelpon..mungkin tidak bisa ikut ujian).

Kemudian, saya mengikuti tes masuk S2 di ITB. Untung belum terlambat waktu/harinya. Muncul masalah lagi, nanti pengumuman di terima/tidaknya juga melalui pos. Jadi setelah itu saya sering telpun ke program pasca sarjana ITB apakah surat pemberitahuan lulus/tidaknya sudah dikirim. Pegawainya hanya bilang, tunggu saja suratnya, nanti dikirim. Lha ini masalahnya dengan surat itu, takut "mbalik" seperti surat yang pertama.

Setelah itu, kadang saya berangkat ke kantor agak siangan..siapa tahu jam 8 atau jam 9 pagi ada pak pos yang datang. Nggak datang-datang juga. Lalu muncul ide berikut: Saya pasang kertas di depan pintu rumah (kontrakan) saya. Yang tulisan lengkapnya saya sudah lupa (coba kalau waktu itu ada poto digital, terus ada ide dipoto jadi bisa ada kenang-kenangan he he). Cuma intinya: tolong pak pos, kalau ada surat buat saya mohon dititipkan ke tetangga..hihi. Dalam pikiran saya, kalau ada surat (tercatat) pak pos harus ketemu dengan ybs atau orang lain di rumah itu..(soalnya harus tanda tangan). Jadi mungkin pak pos nggak berani titip/kasih ke tetangga. Dalam hati saya, mungkin kalau ada tulisan ini, pak Pos akan (berani) menitipkan ke tetangga.

Ternyata benar. Beberapa hari kemudian, saat saya pulang kantor, ada tetangga yang datang bilang kalau ada surat buat saya di titipkan ke dia (tetangga). Ya..surat dari Pasca Sarjana ITB tentang pemberitahuan lulus/tidaknya masuk S2. Alhamdulillah, saya diterima masuk S2 Elektro ITB.

Kembali ke permasalahan. Mungkin sebagian besar kondisi rumah di Indonesia adalah ada yang menunggu pada siang hari (pembantu, istri,orang tua dll). Tetapi sekarang ini, kayaknya kondisi sudah mulai berubah, dimana suami-istri kerja. Jadi banyak rumah yang di siang hari kosong. (kalau bujangan ngontrak rumah sendiri kayak saya dulu..kayaknya jarang ya haha). Sehingga sistem seperti pos di Jepang kayaknya perlu juga. Yaitu pegawai pos meninggalkan secarik kertas, yang isinya kalau ada surat buat kita. Kalau di Jepang, penerima bisa janjian dengan pihak pos kapan surat harus diantar lagi. Kalau ini juga dilakukan di Indonesia akan baik sekali. Ya minimal ada pemberitahuan kalau ada surat, silakan diambil di kantor pos. Saya kira yang kedua ini pun akan sangat bermanfaat bagi penerima. Jadi tidak harus berpusing-pusing bikin tulisan di depan pintu rumah.haha.

Mungkin sistem ini sekarang sudah diberlakukan juga di Indonesia. Kalau sudah ya bagus, kalau belum, ya imbauan buat para penyelenggara jasa pengiriman pos (PT POS dll) mungkin bisa menerapkan cara ini demi kenyamanan konsumen.

Wednesday, January 11, 2006

Jabatan terhormat itu…bernama STUDENT

Diambil dari blog saya yang baru di toks1234.wordpress.com:
Minngu yang lalu, saya ke eki membeli “teiki-ken”, itu lho karcis bis
langganan sebulan/tiga bulan dari oyama 2 chome ke gidai yang murah
(karena student). Yang dulu sering disebut kartu FBI oleh rekan2
(Pak Hardiansyah, Yos hehe). Karena saya beli terakhir kali bulan
April 2005, jadi tadi diminta lagi gakusei-sho (kartu pelajar) nya.
Dan dibaca/cek dg seksama oleh petugas, ..terbaca mahasiswa nagaoka
gidai, berlaku sampai tahun 18 bulan 8. oke…

Akhirnya, sepanjang jalan kenangan (asli lho kenangan..udah lama
nggak naik bis lagi..hihi) dari eki-gidai, saya memikirkan
tentang “Student”. Ternyata betapa banyak “fasilitas” yang dapat
diperoleh oleh status student ini, diantaranya:
- Bisa beli teiki-ken spt tsb diatas yang murah
- Bisa dapet gakowari untuk potongan harga tiket kereta JR
- Bayar pajak TV NHK pun, gara-gara Student juga dapat potongan..hihi
- Tak dipungkiri, dg status visa “college student”, banyak kemudahan
yang didapat kalau berurusan dengan imigrasi, city office, dll
- Di Indonesia pun, yg sy tahu kalo di Yogya, naik bis kota bisa
murah (harga pelajar/mahasiswa), makan di warung kost-kost an bisa
kasbon dulu…hehe
- Ikut conference pun, kalo student ..biaya registrasinya lebih murah
- Join jurnal membership, kalo student member juga murah..

Kemudian, implikasi dari banyaknya fasilitas yang diperoleh student.
Tentunya ada alasan kenapa banyak pihak begitu “care” dengan
pemberian fasilitas2 itu pada student. Salah satunya adalah karena
di pundak student lah, kehidupan (dari sisi teknologi, ekonomi,
sosial, dsb) diharapkan lebih baik dengan hasil karya/kiprah para
student.

Akhirnya menjadi pertanyaan, sudahkah saya (kita) memberikan
kontribusi yang nyata pada masyarakat, bangsa, dan dunia ini seperti
diharapkan. Mengingat begitu banyak fasilitas yang sudah diperoleh
dengan status “Student” ini…

Anehnya….walaupun begitu enaknya yang namanya student ini..kok
tetep pengen lulus dari student ya …hihi

Semoga menjadi renungan di tahun baru ini.