Thursday, February 23, 2006

"Vertical Limit" at Shimoyama apartment

Sabtu yang lalu, saya dan teman-teman sempat menyaksikan Tokamachi Snow Festival yang diadakan di bukit/gunung. Sehingga jadi teringat kisah sekitar dua/tiga minggu yang lalu. Kisah ini diilhami filem "Vertical limit" yang diputar di TV beberapa bulan yang lalu.

Film vertical limit mengisahkan perjalanan para pendaki gunung pada saat terjadi badai salju. Cerita lengkapnya sih tidak terlalu diikuti, cuma ada beberapa adegan yang menginspirasi saya pada saat "kondisi yang tidak normal" terjadi di apato.

Ceritanya, di hari minggu, tidak seperti biasanya saya tinggal di rumah. Waktu itu sebenarnya siang hari mau ke kampus seperti yang sudah-sudah, tetapi karena iseng nggugel ada lagu mp3 dari grup Marillion yang bisa didownload seharga $0 di iTunes store. Sehingga saya terpaksa download dan install iTunes di pc.

Setelah diinstall, lagu yang dicari pun memang ada, cuma yang bikin kecewa harganya bukan 0.0 dollar tetapi 0.9 dollar alias tidak gratis. Walah..ketipu nih yee. Ya akhirnya seharian ngoprek (karena penasaran) sama iTunes ini.

Pas sore hari, mau masak nasi dan sholat ashar, kok air di rumah nggak ngalir. Wah jadi bingung nih. Akhirnya tanya-tanya tetangga sebelah, ternyata sama airnya juga nggak ngalir. Terus pergi ke Oyasan (yang punya rumah), kebetulan tempatnya dekat. Ee dibel bolak-balik nggak ada yang keluar. Mungkin lagi keluar soalnya hari minggu.
Ya terpaksa berpikir gimana nih solusinya.

Seperti biasa, nge-Buzz ardian di kaikan pake yahoo messenger, cerita kondisinya dan rencana malam mau tidur di kaikan karena nggak ada air. Soalnya kayaknya nggak mungkin minggu-minggu gini apalagi sudah sore/malem air diperbaiki, paling baru bisa esok harinya...Ok..bisa pak..tidur di kaikan, kata Ardian (thank friend).

Cuma masalahnya ini air di rumah udah nggak ada sama sekali, tinggal satu teko bekas air dari termos yang biasa untuk minum. Akhirnya sebagaian air ini dipakai untuk wudhu dan sedikit ke toilet. Nasi juga belum dimasak, padahal udah lapar. Kalau ke kaikan kan nggak bisa langsung berangkat, harus nunggu jadwal bis dan harus jalan kaki, jadi perlu makan dulu.

Gara-gara situasi inilah, muncul ide dari Film "vertical limit" itu. Di Film yang menceritakan pendaki gunung bersalju ini, saya terpesona dengan adegan dimana untuk keperluan minumnya, mereka tinggal mengambil bongkahan salju lalu dipanaskan dengan kompor gas portable (yang biasa dibawa pendaki), maka jadilah air minum.

Sehingga muncullah ide "membuat air" ini. Kebetulan di halaman rumah, salju menumpuk. Maka dengan menggunakan ember kecil, saya ambil salju-salju di depan rumah (banyak juga), lupa berapa ember. Kemudian salju saya masukkan ke dalam panci dan saya masak diatas kompor. Yatta...jadilah air. Karena pancinya kecil, jadi harus dipindah beberapa kali. Ya ngak papa lah...yang penting ada air. Soalnya air minum yang sedikit tadi dipakai untuk masak nasi. Sehingga air hasil rebusan salju ini bisa dipakai ke toilet dan untuk wudhu berikutnya...

Akhirnya sambil menunggu nasi masak, saya berhasil "membuat air" satu ember besar/sedang. Agak tenang, karena bisa wudhu, ke toliet dan akhirnya setelah nasi masak bisa makan. Untung masih punya persediaan burger, sehingga tinggal digoreng (tidak perlu dimasak dengan air), dan jadilah makan dengan nasi, burger dan sambel. sip lah nggak jadi kelaparan.

Setelah makan, akhirnya sekitar jam 7 malem saya berangkat ke kampus, sebelum ke kaikan mampir dulu ke lab...(jadinya hari minggu itu pergi juga ke kampus...hehe)
Dan acara tidur di kaikan pun terlaksana. Saking baiknya Ardian, karena saya masih ngetik sampai malam, Ardian rela tidur di kamar Hendra (yang lagi pulang ke Surabaya), dan saya tidur di kamar Ardian, setelah ngetik sampai jam 2/3 pagi.

Keesokan harinya, tidak seperti biasa saya datang pagi ke kampus (biasanya sih sekitar jam 12 siang). Saking paginya, pas di lab, ketemu sensei (Prof), beliau sedikit senyum, mungkin agak heran "tumben aryuanto-san datang pagi...hehe kaliii".
Gitu ceritanya.....

Monday, February 13, 2006

Kenapa Mirip?

Kalau wajah anak mirip orang tuanya, itu jelas. Dan secara ilmiah sudah dibuktikan dari ilmu genetika. Di budaya Indonesia, yang lebih jelas para orang-tua (yang saya tahu adalah orang tua di jawa), mereka biasanya akan bilang kalau yang namanya jodo itu wajahnya ada kemiripan. Kita sendiri mungkin tidak sadar, orang lain yang tahu.

Demikian juga ketika saya setelah menikah, pulang ke kampung di Sragen , lalu sowan (pergi) ke rumah bude. Bude sastro namanya. Spt yg saya tulis di cerita "about me", waktu kecil/SMA saya tiap sore mengantar baju yang akan dijual ke pasar, ya rumah bude sastro ini.

Bude bilang: " lha mirip ngono, lah yo jodone" (terjemahannya: memang mirip , karena jodohnya). Saya gak tahu apakah itu perkataan yang spontantitas itu keluar karena kebiasan orang2 tua saja, atau memang demikian adanya.

Ternyata barusan saya membaca artikel di kompas ttg kemiripan pasangan ini.
http://www.kompas.com/teknologi/news/0602/13/152555.htm

Beberapa cuplikan saya kutip disini:

Menurut para peneliti Universitas Liverpool, karakteristik wajah mungkin menunjukkan ciri kepribadian seseorang. Mungkin itulah penjelasan logis mengapa beberapa pasangan pria dan wanita terlihat mirip


"Kami menemukan bahwa persepsi terhadap umur, daya pikat, dan kepribadian pasangan pria dan wanita dinilai sangat mirip," kata Dr. Tony Little, salah seorang peneliti. Jika seorang wanita dinilai ramah, di lain pihak pasangannya pun dinilai ramah.

"Kami juga menemukan bahwa pasangan yang menikah dalam jangka waktu lama memiliki kepribadian yang lebih mirip daripada yang belum terlalu lama," lanjutnya. Hal tersebut mungkin didorong pengalaman bersama yang menyebabkan perubahan penampilan wajah.

Sunday, February 05, 2006

Kisah kunci apato ...(sebaiknya kunci dibikin duplikat/spare)

Selama 2,5 tahun tinggal di Nagaoka , sudah tiga apato saya tinggal. Di apato pertama dan kedua selalu sama agen apato diberi kunci dua buah, jadi ada sparenya. Nggak tahu kenapa, apato yang ketiga ini cuma dikasih stu buah kunci. Kebetulan beberapa bulan ini, pak Makbul (Dr. Eng Makbul) ikut tinggal di rumah bersama. Karena pak Makbul tidak terlalu lama tinggal di rumah (beberapa bulan saja, rencana semula), maka kunci apato tidak diduplikat. Jadi kalau salah satu keluar rumah, kunci ditaruh di dalam kotak pos surat..(ssst jangan bilang2 lho..entar diambil orang lain hehe). Cuma ada resikonya seperti cerita berikut:

Cerita yang pertama, ketika pak Makbul nyangkul malem/sore hari. Biasanya berangkat jam 6 sore jadi saya masih di kampus. Sehingga kunci ditaruh ditempat "rahasia". Pernah suatu saat pak Makbul kelupaan (mungkin terburu-buru), kunci terbawa ke pabrik. Langsung telpun saya yang untung masih di kampus. Dan untung lagi, pak Makbul jam 9-10 malem ada istirahat..jadi bisa pulang dulu ke apato mbalikin kunci. Sehingga saya "sebaiknya" pulang setelah jam 9. Untung ada bis jam 9:17 malem. Tapi lebih untung lagi saat itu ada bondry yang bisa ditebengin pulang pake mobil. Jadi akhirnya sesuai skenario pak Makbul pulang ke rumah jam 9-an untuk naruh kunci, dan saya pulang setelah itu...it's ok for that time.

Lha ini cerita yang kedua. Hari itu tgl 31 januari 2005, rencananya malam hari pak Makbul mau pulang ke Malasyia. Jam setengah lima sore, tepat setelah saya sholat ashar di lab, hp saya bunyi kring..kring..Ada telepon dari pak Makbul. Pak Makbul bilang kalau kuncinya hilang/jatuh dimana gak tahu. Dia gak bisa masuk rumah, mungkin kunci jatuh dari jaket waktu di JUSCO, HARDOFF atau 100-en shop DAisho. Soalnya udah dicari di mobil nggak ketemu. Terus pak makbul bilang mau dicari dulu di tempat tadi.

Beberapa saat..telpun berdering lagi..dari pak Makbul bilang kalau kayaknya sulit untuk mencarinya. Dan saya bilang kalau kantor yang punya apato/agennya tutup jam 5 sore. Sehingga buru-buru pak Makbul jemput saya di kampus. Untung yang punya apato rumah/kantornya dekat apato. Jadi menghemat waktu.

Sekitar jam 16:45 sore pak Makbul sampai di pertigaan belakang kampus dan saya sudah nunggu di sana. Langsung tancap gas balik lagi ke rumah yang punya apato di daerah shimoyama juga. Karena saking buru-burunya, lampu merah di perempatan belakang kampus diterobos, waktu iu kuning tapi sudah ke merah. Saya udah pasrah aja. Pas sampai tengah prapatan, mobil dari arah lainnya sudah mulai jalan. Untung masih bisa lolos.

Akhirnya sampai juga di kantor yang punya rumah. Dengan bahasa jepang seadanya saya bilang ke ibu Oyasan bahwa kunci apato ilang...dengan wajah yang dibikin susah hehe...bakat jadi pemain sinetron kali. Untung ada kunci spare di sana dan diberikan satu ke saya, sambil bilang tolong dicari lagi ya kunci yang hilang, kalau nanti tidak ketemu sebaiknya/harus (saya kurang paham bahas jepangnya: harus atau sebaiknya) kuncinya dibuat baru untuk menghindari "dorobo" (pencuri).

Dan dengan kunci serep tadi berhasillah saya dan pak Makbul masuk ke apato. Lalu pak Makbul buru-buru sholat ashar karena waktunya hampir habis. Dan diputuskan setelah itu akan melakukan pencarian kunci ke tempat-tempat tadi, supaya tidak perlu ganti kunci baru seperti saran yang punya rumah.

Pertama-tama kita cari di HArdoff, ditelusuri dari tempat parkir sampai ke kasirnya. Ditanyakan ke kasir tentang barang yang hilang. Ternyata di kasir ini sudah ada tempat khusus barang2/kunci yang ilang. Lalu diambilkan dan ditunjukkan beberapa kunci yang ada disitu. Dilihat satu persatu, ternyata tidak ada yang punya kita.

Berikutnya ke JUSCO. Di sini ditanyakan ke kasir yang tadi pak Makbul beli Roti. Sama kasir disuruh menghubungi "service counter" di depan. Lalu kita pun ke service counter. Ibu di konter ini lihat catatan barang ilang/ketinggalan hari ini. Ternyata tidak/belum ada. Lalu menawarkan gimana kalau dicatat no telpunya nanti kalau ada berita akan dihubungi. Menurut saya gak perlu lah (soalnya kalau nelpun saya, saya malah buingung ..maklum nihongo masih hai-hai doang hehe).

Tinggal satu tempat lagi, yaitu 100-en shop di depan JUSCO. Di sini pun kasir bilang kalau gak ada. Ya akhirnya diputuskan untuk pulang. Pas masuk di dalam mobil, saya bilang lagi jangan-jangan di dalam mobil. Terus saya rogoh bagian bawah jok/kursi depan (setir) di bagian depannya. Pak Makbul pun ikut merogoh bawah jok tsb yg bagian belakangnnya....ATTA kata pak Makbul..Artinya ada kuncinya dibawah jok..hehe kita pun senyum bahagia..kayak nemu apa aja. Ya akhirnya saya bilang pak Makbul, mungkin proses nyarinya memang gitu harus muter2 dulu ke HArdoff, JUSCO, 100-en..eee tibae nang ngisor jok (ee ternyata di bawah jok).

GAra-gara kita nyari2 di toko2 tsb, kita dapat "image" bahwa di toko2 tsb memang ada sistem/servis untuk barang-barang ketinggalan. salut lah..semoga ditiru juga nanti di Indonesia. Setelah saya diantar kembali ke lab., saya mikir besok kan mau bayar uang sewa apato (yachin) ke yang punya rumah, gimana cara bilang "sudah ketemu " dalam bhs jepangnya. Jadilah saya Buzz ardian nanyain apa nihonggo-nya sudah ditemukan. KAtanya "mitsumarimashita"..Dihapallah istilah ini untuk dipake esok harinya..hihi

Above all, memang sebaiknya kunci apato atau kunci lainnya dibuat duplikat/spare.

Thursday, February 02, 2006

From "perpus" to "a new paradigm of taman bacaan anak

Dua hari ini saya bolak-bali ke perpustakaan Gidai (NUT) untuk meminjam buku. Maklum sudah 2,5 tahun di sini, belum pernah pinjam buku. Biasanya sih cukup fotokopi di perpus saja. Karena sesuatu hal (apakah itu?...takut bukunya dipinjem orang hehe). Soalnya kalau pinjam sekarang masa mbalikinnya awal april nanti. Jadi harus nunggu lama kalau keburu dipinjam orang.

Setalah nanya-nanya prosedurnya ama bondry (sambil chatting), pergilah saya ke perpus. Setelah dapat buku yang diinginkan (Digital Image Processing-Gonzalez), saya cari lagi buku lain yang ada kaitannya dengan Pattern Recognition di online catalognya (OPAC) perpus. Ada buku menarik (judulnya), sama tahunnya baru 2005. Jadi saya cari2 di rak..ee ternyata gak ada. ya sudahlah.

Akhirnya hanya satu buku yg akan dipinjem. Tibalah giliran proses pinjam pake alat yang belum pernah saya pakai. Kata bondry gampang sih tinggal masukin kartu , buku ditaruh dengan "kode" menghadap ke atas biar discan , terus pencet tombol. Dipraktekkan semuanya..cuma bingung juga naruh bukunya, posisinya gimana? lalu ditaruh asal aja asal "kode" menghadap keatas.

Kayaknya bisa juga, soalnya di layar terbaca "ok". ee tiba-tiba didatangi petugas perpus, dia bilang coba diulangi lagi soalnya posisi bukunya salah. Lalu ditaruhnya buku pada posisi yang "benar" atau "umumnya". Ternyata error "buku gak bisa dipinjam" artinya emang proses yang sebelumnya tadi udah bener. Maka petugas pun bilang "sumimasen" (maaf)..

Selanjutnya saya ke konter petugas perpus (malam itu, yang tugas jaga mahasiswa asing yang lagi baito "part time job"). Menanyakan buku yang saya cari kok di rak nggak ada. Dengan baik hati, mbaknya (padahal bukan orang ina) bantu lihat ke rak di atas untuk mencarinya. Emang ternyata gak ada, padahal dicek di database, bukunya gak ada yang pinjam.

Lalu dia bilang, biar nanti dicari dulu, entar kalau sudah ada dihubungi. Jadi dia minta nama, no telp, sama email. Untung minta email, soalnya kalau cuma no telp, etrus nanti kalau hubungi saya dengan telpun kan pake nihongo..wah jadi susah kalo udah gini.

Esok harinya, pas nyampe kampus siang hari, udah ada email dari perpus tentang buku yg cari itu..ini kutipan emailnya:
From: "order3"
To: a_aryu@...
Sent: Thursday, February 02, 2006 8:39 AM
Subject: From Library


お探しの本が見つかりました。
図書館カウンターで保管しておりますので取りに来てください。

The book you are looking for is found.
Please come to the Library to pick up rental book.

Title: Handbook of geometric computing

Thank you.

The Library.


Yang menarik adalah pengirimnya nerjemahin juga ke bhs Inggris. Soalnya dulu awal-awal saya datang disini, pernah dapat email dari perpus hanya pake kanji saja. Terus saya reply kalau gak ngerti, baru dibalas lagi dengan bhs Inggris. Kalau yang satu ini ada inggrisnya jadi iii..neee.

Sebenarnya yang ingin diungkapan disini adalah betapa bagusnya servis di perpus sini. Mulai dari pelayanan dari petugas sampai ke sistemnya yang online dan nyaman. Pokoknya puas deh.

Jadinya terus ngobrol/chating sama bondry, sampai kepikiran ide buat seperti taman bacaan anak-anak di Indonesia tapi didesain sedemikian rupa sehingga anak-anak tidak bosan untuk datang di "Taman bacaan" tersebut. Baru ide sih, belum jelas juga bagaimana bentuknya..tapi yang penting ada ide dulu yang menarik.

Ada dua hal yang menarik, yaitu secara bisnis pangsa pasar anak-anak (jumlahnya banyak di Ina) adalah "untung" secara perspesktif bisnis, tapi yang lebih penting lagi adalah upaya untuk "mendidik" anak-anak kita ke dalam suatu "nuansa" yang lebih bagus. Bagaimana jelasnya..nanti dipikir lagi.

Sekarang sih pokoknya ada ide yang menarik dan bagus, dicatat dulu di blog ini supaya tidak lupa..Entar bisa direview lagi...
Begitu...