Sudah hampir satu tahun, blog ini saya tulis. Cuma belum satupun tulisan tentang siapa pemilik blog ini. Kini saatnya saya tulis tentang aku (about me).
Mempunyai nama lengkap Aryuanto, dilahirkan di kampung Mojo Wetan, RT02, RW03, kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Sejak kecil dipanggil dengan nama "Anto". Oh ya mengenai nama ini, ternyata sampai saat ini saya belum pernah menemukan orang dengan nama yang (persis) sama, yaitu a-r-y-u-a-n-t-o, sebagain besar ada nama ariyanto, aryanto. Sayangnya saya belum sempat menanyakan kepada almarhum bapak yang memberikan nama ini, sehingga unik alias belum ada yang sama.
Masa kecil dihabiskan dengan main bersama teman-teman sekampung. Tidak sempat masuk TK(taman kanak-kanak), tapi oleh orang tua langsung disekolahkan ke Sekolah Dasar SDN 5 Sragen saat berumur 6 tahun, dengan status "pupuk bawang", yaitu istilah yang artinya kira-kira dicoba dulu apakah mampu nggak. Selama kelas satu, mungkin karena terlalu muda atau emang sifatnya, di kelas hampir tiap hari nangis (bahasa jawanya "gembeng" atau cengeng). RApor kelas 1 pun banyak merahnya (nilai 5) yaitu untuk pelajaran olah raga dan bahasa. MAsih teringat waktu itu betapa tidak sukanya yang namanya olahraga dan pelajaran membaca/menulis.
Tetapi karena guru SD adalah tetangga jadi dinaikkan ke kelas 2 dengan syarat pupuk bawang tsb(hehe KKN ya...). Untungnya semenjak itu mulai bisa sekolah dengan normal. Prestasi di kelas biasa-biasa saja, masih dalam kategori 10 besar. Lulus dari SD berada di rangking 5 besar. Selanjutnya melanjutkan SMP di SMPN 1 Sragen. Ada catatan yang sangat menggembirakan, yaitu sebagai juara pertama tes masuk SMPN 1 Sragen tsb (padahal waktu tesnya..banyak yg ngawur lhooo).
Selama di SMP, prestasi 5 besar di kelas masih dipegangnya. Dan puncaknya adalah saat kelas 3, yaitu nilai Ebtanas Murni (NEM) yang memegang nilai tertinggi se kabupaten Sragen (hehe..gak sombong lho), yaitu 56 atau rata-rata 9 koma. Suatu nilai NEM yang cukup tinggi di kabupaten Sragen. Waktu itu memang sempat menjadi bahan perhatian, karena nilai NEM siswa Sragen bisa setinggi itu. Nggak tahu ya..sampai sekarang apakah rekor ini (untuk kabupaten Sragen) sudah terpecahkan..Tentunya sudah, anak-anak sekarang kan generasi full gizi harusnya lebih bagus dari generasi saya.
Kemudian berbekal NEM tsb melanjutkan ke SMA N 1 Sragen , walaupun banyak pihak atau tetangga menyarankan untuk melanjutkan SMA di Solo, tetapi orang tua dan saya lebih suka untuk tetap di Sragen. Sehingga mendaftarlah di SMA. Mulai saat inilah saya mulai mandiri. Dari awal pendaftaran, saya selalu sendiri, tidak ditemani orang tua (nggak tahu kenapa ya). Masih ingat saat di depan loket pendaftaran SMA, petugas melihat NEM saya, lalu bilang ..lha kalau NEMnya segini ke SMA mana aja keterima. Tetapi saya belum merasa tenang sampai pengumumannya.
Di SMAN 1, alhamdulillah prestasi masih bisa dipertahankan. Di SMA ini ada kebijaksanaan, yaitu satu kelas (waktu itu kelas 1H) berisi siswa yang NEMnya dari urutan tertinggi. Jadi berkumpullah para jawara di kelas ini. Selain dari SMP 1, ada juga SMP lain yang cukup bersaing(waktu itu), yaitu SMPN 2 dan SMPN 5. Walaupun demikian kondisi siswa di kelas ini cukup kondusif. Demikian juga ketika kelas 2 dan 3 yaitu penjurusan di fisika. Sebenarnya ada sesuatu yang menarik dengan komunitas ini, mungkin dibahas dilain waktu.
Selama SMA,hampir ranking 1 atau 2 selalu dipegang. Dan lagi-lagi prestasi puncaknya pada saat Ebtanas kelas 3 SMA, kembali berhasil menjadi pemegang NEM tertinggi sekabupaten sragen, waktu itu nilainya sekitar 60 an atau rata-rata 8 koma...
Semasa sekolah, selain belajar dan bermain, membantu ibu/bapak juga menjadi kewajiban. Waktu itu ibu punya sambilan menjahit baju untuk dijual ke pasar oleh bude. Jadi setiap siang selepas pulang sekolah, bersama-sama adik dan kakak membantu memasang kancing baju atau celana. KEmudian sama ibu diberi bonus, satu baju/celana berapa rupiah (sayang lupa besarnya). Kemudian sore harinya saya kebagian mengantar baju-baju yang sudah jadi tsb ke rumah bude, dengan naik sepeda. Kadang hujan-hujan, pokoknya kerja ini menjadikan kita anak-anak mandiri. Dan masih ingat, bagaimana saat itu kalau besok harinya ulangan. Jadi siang saya belajar, kemudian pada saat bersepeda mengantar baju tsb, sambil menghapal apa tadi yg sudah dibaca(kalau sekarang sambil bersepeda ke kampus ngarang bikin artikel hehe). Biasanya berapa hari sekali setelah mengantar baju ke rumah bude, diberi tugas membeli kain untuk bahan baju di shoping (toko) di pasar sragen. Kainnya kan digulung bulat panjang jadi dibawa pakai sepeda agak susah,kadang mengajak tetangga untuk membawakannya. Pokoknya menarik deh kenangan bersepeda waktu kecil dulu. (sayang gak ada foto-fotonya)
Oh ya uang pemberian ibu dari bantu pasang kancing, antar baju, beli kain ini saya kumpulkan untuk membuat amplifier. Jadi buat amplinya dicicil, pertama beli PCB dan komponen-komponen yang murah dulu, sampai akhirnya jadilah amplifier saya (waktu itu yang terkenal amplifier BIG POWER). Kemudian juga speaker2nya. Benar-benar suatu hasil karya sendiri. Terima kasih pada ortu yang mendidik kami untuk mandiri.
Setelah lulus SMA, saya mendaftar UMPTN di Yogja (ikut kakak yang sudah duluan kost di Yogja). Pada saat mau berangkat ke yogja, saya bilang mbak (atik) bahwa saya mau milih Teknik Fisika ITB dan ELIN UGM. Terus setelah sampai di kost-kostan jogja tempat mas hari (sekarang Hariyadi PhD), saya disarankan untuk sekalian pilih Elektro ITB daripada teknik Fisika. Akhirnya saya beranikan memilih Teknik Elktro ITB dan ELIN UGM. Alhamdulillah keterima di ITB.
Orang tua senang sekaligus bingung, karena bandung jauh dan perlu biaya yang banyak. Akhirnya dengan bantuan mas hari dan tetangga sragen yang tinggal di bandung, kami berangkat juga ke bandung. Waktu itu satu SMA saya yg keterima ITB dua orang, saya sama Eko (Teknik Geologi ITB, sekarang Dr. Eko Yulianto lulusan Hokkaido University). Di tahun pertama, saya dan Eko kost satu kamar berdua di daerah cisitu, waktu itu masih dingin dan belum ada angkot ke kampus, jadi setiap hari jalan kaki dan kalau pagi banyak berkabut. Karena tidak banyak uang saku kami, maka makan tiap harinya benar-benar diirit, yaitu telur dan tempe. Malah karena ngiritnya ini kadang penjual warteg di cisitu kasihan kadang-kadang memberi tambahan lauk (thanks ibu siapa saya lupa namanya..tapi wajah masih ingat).
Di tahun kedua sampai lulus, saya pindah ke kontrakan rumah di jalan kebon bibit 75/58. Disinilah dunia saya mulai muncul, suatu komunitas anak-anak muda dengan berbagai latar belakang sosial mencoba mencari jati diri. Saking eratnya hubungan sesama kami di kontrakkan rumah ini, kami punya komunitas yang diberi nama KBB75/58. Saya tinggal cukup lama di KBB ini, bahkan sampai bekerja pun masih tinggal di sini.
Di KBB ini, saya mulai hobi mendengarkan musik Rock karena ada radio di bandung yang beraliran rock, yaitu radio generasi muda (GMR FM)..Pokoknya ngefans berat sama GMR FM. Berbagai aliran musik rock pernah saya gemari, mulai dari hardrock, heavy metal, trash metal,death metal..dan akhirnya sampai sekarang pilihan saya jatuh ke Progressive Rock (Art Rock). Tak bisa dipungkiri, GMR FM lah yang membentuk saya dengan selera musik ini. Saking gandrungnya sama musik rock,waktu Sepultura (grup trash metal asal Brasil) manggung di jakarta (tahun 1992), saya dan adik saya (dik seti) menyempatkan pergi menonton ke lebak bulus jakarta. Karena waktu itu saya sudah menjadi asisten di ITB jadi pada saat UMPTN 92, saya bisa menjaga ujian UMPTN dan dapat honor..kalau gak salah sekitar 20 ribuan. Uang inilah yang kami pakai untuk pergi nonton sepultura di Jakarta (salam metal man)....
Untuk hobi musik ini, spesial akan saya tulis di lain kesempatam (banyak kenangan di sana, bagaimana jadi penyiar di radio FM gelap/illegal yang dibuat di sragen ...dll)
Hampir selama kuliah saya dapat beasiwa dan keringan membayar SPP. Jadi selama itu orang tua sudah tidak lagi mengirim uang saku. Dan semenjak kuliah, selain uang beasiswa ada juga uang dari asisten laboratorium. Sehingga untuk tugas akhir waktu itu saya beli komputer XT bekas dengan harga 500 ribu. Judul TA saya adalah "perancangan manipulator dua derajat kebebasan berbasis PC XT", yaitu membuat seperti tangan robot yang dikendalikan dengan komputer. Sub jurusan kontrol dan sistem di jurusan elektro inilah yang banyak mempengaruhi cara pikir saya.
Setamat kuliah S1 tahun oktober 1993, bulan desember 1993 saya keterima kerja di Polytron kudus, cuma bertahan 4 bulan. Bulan april 1994 saya bekerja di PT Telnic Bandung, mungkin kecintaan thd bandung (baca: radio GMR) membuat saya harus kembali ke bandung. Di PT telnic saya bekerja di bagian Riset and development untuk membuat perangkat lalu lintas (ya nyambung dikit-dikit lah dengan latar belakang kontrol waktu S1). Di PT telnic saya bekerja cukup lama sampai tahun 2002. Pada tahun 1997-1998 oleh perusahaan, saya dan bos saya(pak Hendro) dikirim training AOTS ke Jepang (Tokyo).
Pulang ke Bandung tahun 1998, karena krisis moneter, kondisi PT Telnic juga goyah. Walaupun masih tetap berdiri, tetapi seperti perusahaan lainnya, yaitu "hidup segan mati tak mau". Sehingga daripada menunggu waktu, saya sekolah S2 di ITB sambil bekerja pada tahun 1999. Uang tabungan waktu training di Jepang dulu saya pergunakan untuk biaya sekolah ini. Setahun setelah sekolah, yaitu bulan oktober 2000, saya menikah. Selain sekolah, waktu itu setiap sabtu/minggu saya mencoba mengajar di Universitas Garut (Uniga). Mata pelajaran yang saya ajar adalah rangkaian listrik dan sitem mikroprosesor. Lulus S2 tahun 2002 awal. Kemudian mencoba mendaftar S3 ke NUT (Nagaoka University of Technology, Jepang).
Pada awal 2003, saya keluar dari TElnic dan mengajar di UNIKOM Bandung. BAru 6 bulan mengajar, karena keterima S3 di Jepang saya keluar dari UNIKOM dan pergi ke Jepang. Memang dilematis saat itu, pada saat mau berangkat ke Jepang, istri saya hamil 9 bulan. Sehingga ada pilihan apakah mengambil s3 ke jepang atau tidak karena menunggu kelahiran anak yang sudah dinantikan selama 2 tahun. AKhirnya diputuskan untuk pergi ke jepang.
Dua minggu awal di nagaoka, benar2 "waktu yang tidak mengenakkan" karena menunggu kelahiran anak, sehingga waktu itu terasa berat hidup di nagaoka. Setahun pertama merupakan "masa memantau" situasi. Di tahun kedua, ketika ide membuat website kelurahan ina-nagaoka muncul, seiring itu saya membuat juga blog disini. Di saat itulah muncul nickname "Toks". Tahun ini adalah tahun ketiga (terakhir) saya di nagaoka.
Demikianlah "about me", seorang Aryuanto yang tepat 35 tahun yang lalu dilahirkan ke dunia dari ibu (Hajah) Sukesi dan bapak(almarhum) Soetedjo. Anak ke-5 dari 6 bersaudara. Sekarang adalah seorang bapak dengan istri Milliana dan dianugerahi dua orang anak: Danish Alif Arsan dan Yuki Hanif Arsan. Punya hobi maen badminton dan belajar, mengamati sekeliling dan pemalu. Suka naik sepeda, jalan kaki. Punya masakan favorit "sambal tumpang" (masakan khas solo dan sekitarnya). Minuman favoritnya cukup teh manis. Kurang pede kalau dipoto (alias malu2...hehe), jadi gak punya poto pribadi.
Syukur Alhamdulillah pada Allah SWT yang memberikan banyak nikmat dan anugerah pada hambamu ini, semoga di usia ke 35 ini tetap bisa menjadi hamba yang beriman, sabar, iklas, jujur, dan bertanggung jawab pada keluarga, berbakti pada orang tua serta berguna bagi masyarakat. Juga terima kasih pada ibu/bapak yang telah membesarkan, mendidik anaknda. Demikian juga semua teman, kerabat, yang banyak membantu segala hal dalam mengarungi dunia ini. Dan tak ketinggalan pula istri tercinta, anak-anakku yang manis.
(ditulis sambil ngerunning program MATLAB...)